Yogyakarta, 16 Juli 2025 — Pada tahun 2020, pandemi COVID-19 mulai menyebar ke berbagai daerah Indonesia sehingga pemerintah mengharuskan penerapan karantina wilayah. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2024), sektor pariwisata yang mulanya menyumbang 4,97% dalam Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2019 mengalami penurunan menjadi 2,23% pada tahun 2020. Begitupun, jumlah devisa yang didapat dari sektor pariwisata pada tahun 2020 menurun drastis sekitar US$3,31 miliar dibandingkan tahun 2019 yang mengalami puncak sebesar US$16,91 miliar (Badan Pusat Statistik, 2024). Hal ini menunjukkan bahwa pandemi berdampak terhadap penurunan penerimaan sektor pariwisata yang mengakibatkan perlambatan ekonomi di Indonesia.

Grafik 1. Perkembangan Jumlah Pemasukan Industri Pariwisata dalam Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Tahun 2016-2022

Grafik 2. Tren Jumlah Devisa Bidang Industri Pariwisata Indonesia Tahun 2015-2022
Namun, seiring berjalannya waktu, sektor pariwisata perlahan mulai pulih. Pada tahun 2022, perolehan jumlah devisa dari sektor pariwisata di Indonesia mengalami peningkatan sekitar US$7,03 miliar (Badan Pusat Statistik, 2024). Kemudian, meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada tahun 2020 sekitar 5,89 juta orang. Pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara naik menjadi 13,9 juta orang pada tahun 2024 (Badan Pusat Statistik, 2025). Ditambah, pendapatan segmen perhotelan dalam pasar perjalanan & pariwisata Indonesia diprediksikan akan terus melonjak antara pada tahun 2024-2029 sebesar US$1,8 miliar dolar AS (+38,88%) (Statista, 2024).

Grafik 3. Tren Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia Tahun 2015-2024

Grafik 4. Prediksi Pendapatan Segmen Perhotelan di Indonesia Tahun 2015-2024
Berdasarkan informasi tersebut, terdapat potensi pertumbuhan pariwisata Indonesia yang dapat dikembangkan, terutama menonjolkan daerah-daerah Indonesia yang berpotensi menjadi destinasi wisata. Hal ini akan menguntungkan warga lokal, meningkatkan kesejahteraan kehidupan masyarakat, dan turut berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu, potensi tersebut dapat meningkatkan citra positif pemerintah Indonesia di kancah Internasional.
Pengembangan sektor pariwisata ditangani lebih serius demi menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan serta kenyamanan destinasi wisata. Hal ini dilakukan mengingat beberapa insiden yang merusak reputasi pariwisata Indonesia. Salah satunya adalah pemanfaatan lahan wisata untuk penambangan nikel di Pulau Raja Ampat yang berdampak terhadap perekonomian warga lokal dan merusak ekosistem laut (The Jakarta Post, 2025). Selain itu, kritik global terhadap proses evakuasi jenazah turis asal Brasil di Gunung Rinjani, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, yang dinilai kurang sigap (The Jakarta Post, 2025).
Langkah strategis selanjutnya dalam pengelolaan pariwisata Indonesia adalah mengembangkan sistem dan tata kelola destinasi yang berbasis pada kepentingan masyarakat lokal. Hal ini dapat dilakukan dengan mengembangkan Community Based Tourism (CBT) dan menerapkan Community Resilience (CT). CBT adalah kegiatan pariwisata yang dimiliki dan dioperasikan oleh masyarakat, serta dikelola atau dikoordinasikan tingkat masyarakat yang memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat melalui dukungan terhadap penghidupan berkelanjutan, perlindungan terhadap tradisi sosial budaya yang bernilai dan sumber daya warisan budaya mendorong masyarakat untuk memiliki dan mengelola kegiatan pariwisata secara langsung, guna mendukung kesejahteraan, pelestarian budaya, serta keberlanjutan lingkungan (Asean Community Based Tourism Standard, 2016). Sementara itu, konsep CT adalah manajemen pariwisata yang dapat mempelajari tentang kapasitas adaptifnya sendiri, cara meningkatkannya, dan cara untuk lebih menahan gangguan akibat perubahan iklim (Idajati et al., 2024).
Alasan pengembangan dan penerapan CBT & CR :
- Menciptakan lapangan kerja lokal yang dapat membantu mengurangi kemiskinan;
- Menjaga stabilitas sosial dan ekonomi untuk kelangsungan hidup;
- Mendorong pemanfaatan sumber daya berkelanjutan;
- Menjaga konservasi alam sebagai komponen inti kegiatan pariwisata;
- Membina kohesi sosial dan kebanggaan masyarakat dalam pengelolaan objek wisata.
- Meningkatkan pemahaman masyarakat lokal dan pengunjung tentang budaya dan lingkungan setempat, serta kesiapsiagaan bencana
Dampak penerapan CBT & CR :
- Penerapan CBT di Desa Nglanggeran, Yogyakarta yang dapat mengurangi kemiskinan dan mencapai kesejahteraan masyarakat melalui pengelolaan sumber daya kolektif (Suyatna et al., 2024).
- Masyarakat pesisir Cacalan dan Gili Ketapang secara tidak sadar mempraktikkan ketahanan masyarakat karena menempati daerah rawan bencana dan perubahan iklim. Masyarakat setempat telah mengambil inisiatif seperti memantau perubahan lingkungan, berpartisipasi dalam pelatihan, berinovasi dalam pelayanan pariwisata, dan membentuk kelompok peduli pariwisata (Pokdarwis) (Idajati & Damanik, 2025).
Pengembangan sektor pariwisata Indonesia perlu mengkaji sistem dan tata kelola pariwisata secara lebih mendalam agar pembangunan sektor tersebut tidak menimbulkan ketimpangan atau konflik tingkat lokal. Pengelolaan yang tidak tepat dapat memicu persoalan distribusi manfaat ekonomi, seperti kasus yang terjadi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang telah mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk menaikkan batas kunjungan harian ke Candi Borobudur dari 1.200 wisatawan menjadi 10.000 orang per hari. Usulan ini dilatarbelakangi oleh distribusi pendapatan yang tidak merata oleh para pedagang dan pelaku usaha lokal dari arus kunjungan wisatawan (The Jakarta Post, 2025).

Gambar 1. Berita Kenaikan Jumlah Pengunjung Candi Borobudur oleh Pemerintah Kabupan Magelang
Langkah selanjutnya dalam pengelolaan pariwisata Indonesia adalah memperkuat kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat setempat dengan memastikan setiap kebijakan dan program pembangunan menjawab kebutuhan di lapangan. Pemerintah perlu memprioritaskan pembangunan infrastruktur yang inklusif yang tidak hanya untuk menunjang sektor pariwisata, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas hidup warga lokal. Upaya ini selain memperluas aksesibilitas menuju berbagai destinasi wisata, tetapi memperkuat citra Indonesia sebagai salah satu destinasi unggulan di dunia yang ramah, berkelanjutan, dan berdaya saing global. Upaya ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) poin ke-3 tentang kehidupan sehat dan sejahtera dan poin ke-8 tentang pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi.
Ingin eksplorasi topik penelitian lebih lanjut?
Temukan dan akses sumber referensi dari konten kami dengan cara :
- Situs web Summon Discovery 2.0 (http://ugm.summon.serialssolutions.com) untuk akses artikel penelitian terbaru.
- Kunjungi DIGILIB FISIPOL Lantai 3 mengakses dan membaca koleksi koran cetak dan digital yang tersedia.
Perluas wawasan dan temukan referensi visual penelitian Anda dengan VosViewer dengan menekan tautan : http://ugm.id/vosviewerdigilib
Daftar Pustaka :
- Badan Pusat Statistik. (2024, September 20). Contribution of the tourism industry to the gross domestic product (GDP) in Indonesia from 2016 to 2022 [Grafik]. Dalam Statista. Diambil pada tanggal 16 Juli 2025 dari https://www.statista.com/statistics/1150613/indonesia-tourism-gdp-direct-contribution-share/.
- Badan Pusat Statistik. (2024, Mei 6). Foreign exchange earnings from tourism in Indonesia from 2015 to 2022 (in billion U.S. dollars) [Grafik]. Dalam Statista. Diambil pada tanggal 16 Juli 2025 dari https://www.statista.com/statistics/1472706/indonesia-foreign-exchange-earnings-from-tourism/.
- Badan Pusat Statistik. (2025, Februari 28). Number of international visitor arrivals in Indonesia from 2015 to 2024 (in millions) [Grafik]. Dalam Statista. Diambil pada tanggal 16 Juli 2025 dari https://www.statista.com/statistics/707633/number-of-international-visitor-arrivals-in-indonesia/
- Idajati, H., & Damanik, J. (2025). Modeling community resilience to climate change impacts in tourism destinations: the roles of social and cultural capital. Asia Pacific Journal of Tourism Research, 1–20. https://doi.org/10.1080/10941665.2025.2518559.
- Idajati, H., Damanik, J., Kusworo, H. A., & Rindrasih, E. (2024). The role of social capital and individual competence on community resilience of the tourism industry against climate change. IOP Conference Series Earth and Environmental Science, 1366(1). https://doi.org/10.1088/1755-1315/1366/1/012023.
- Statista. (2024, September 16). Revenue of the hotel market in Indonesia from 2019 to 2029 (in billion U.S. dollars) [Grafik]. Dalam Statista. Diambil pada tanggal 16 Juli 2025 dari https://www.statista.com/forecasts/1380840/indonesia-hotel-market-revenue.
- Suyatna, H., Indroyono, P., Yuda, T. K., & Firdaus, R. S. M. (2024b). How community-based tourism improves community welfare? A practical case study of ‘Governing the Commons’ in rural Nglanggeran, Indonesia. The International Journal of Community and Social Development, 6(1), 77–96. https://doi.org/10.1177/25166026241228717
- The Jakarta Post. (2025, Juni 11). Magelang Wants Higher Borobudur Visitor Limit (Visitor Cap Hurt Local Business: Official).
- The Jakarta Post. (2025, Juni 19). Raja Ampat Between Nickel Mining and Sustainable Tourism, hal. 3.
- The Jakarta Post. (2025, Juni 28). Rescue Protocols Under Review After Tourist’s Death, hal 1.