KAUSALITAS ANTARA UANG BEREDAR DAN INFLASI DI INDONESIA
Abstract
Dalam menanggapi hubungan sebab-akibat antara jumlah uang beredar dan laju inflasi, awam cenderung berpendapat bahwa tambahan jumlah uang yang beredar menyebabkan kenaikan harga-harga secara umum. Dengan perkataan lain, jumlah uang beredar merupakan penyebab inflasi; bukan sebaliknya, inflasi menyebabkan penambahan jumlah uang beredar. Pendapat umum seperti di atas agaknya didasari oleh dugaan hubungan sebabakibat yang paling memungkinkan untuk terjadi antara kedua variabel tadi. Pendapat demikian juga selaras dengan (dipengaruhi oleh?) pandangan kaum Klasik dan Monetaris. Sesungguhnya tambahan uang beredar menyebabkan kenaikan hargaharga, bukanlah satu-satunya kemungkinan yang bisa terjadi atau masuk akal. Arah kausalitas dapat pula terjadi sebaliknya: laju inflasi menyebabkan penambahan jumlah uang yang beredar. Sebagaimana pandangan kaum Strukturalis, penawaran uang bukanlah penyebab inflasi; jumlah uang beredar bertambah akibat (sebagai konsekuensi dari) pertumbuhan ekonomi. Dan sebagaimana dimaklumi, yang terakhir ini bukan saja menggandeng inflasi tetapi juga memang menuntut lebih banyak uang. Sementara itu dua dedengkot aliran Asa Nalar (rational expectations), yakni Sargent dan Wallace [1973], telah membuktikan adanya umpan-balik dari inflasi ke penambahan jumlah uang beredar lebih lanjut. Artikel ini memaparkan hasil telaah penulis mengenai hubungan kausalitas antara kedua variabel yang sedang diperbincangkan, untuk kasus Indonesia dalam periode 1968-1985. Tepatnya antara tahun 1968 kuartal pertama dan tahun 1985 kuartal kedua. Telaah dimaksudkan untuk mengetahui pola atau arah kausalitas; apakah penambahan jumlah uang beredar menyebabkan kenaikan harga-harga, ataukah sebaliknya, ataukah terdapat mekanisme umpan-balik antara kedua variabel, ataukah justru tak terdapat saling tindak (interaction) antara mereka.
Date
1987-09-19Author
Dumairy, Dumairy
